MAKALAH
CONTEKSTUAL
TEACHING AND LEARNING
Aris
Setiawan NPM 10.0401.0003
Suci
Ana Koniah NPM 10.0401.0014
I. Pendahuluan
Di zaman modern ini dimana teknologi semakin canggih dan maju,
menyebabkan banyak terjadi perubahan dan perkembangan dalam segala aspek. Dunia
pendidikan pun tak luput terkena dampak dari perkembangan. Saat ini banyak
sekali lembaga pendidikan yang menawarkan model dan methode pendidikan yang
beragam. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah
berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui
Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar,
serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran. Pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat (Mujahid, 2005:3). Makalah ini akan mencoba memaparkan
konsep belajar dengan menggunakan pendekatan CTL (Conteextual Teaching and
Learning). Meskipun penyusun merasa
dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik
yang membangun sangat penyusun harapkan.
II. Pembahasan
A. Pengertian Contekstual Teaching
and Learning
Secara
etimologi kata kontekstual (contextual)
berasal dari kata context yang berarti hubungan,
konteks, suasana dan keadaan. Sedangkan Teaching dan Learning dapat
diartikan pembelajaran dan pengajaran. dapat diartikan sebagai suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum contextual
mengandung arti : Yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung,
mengikuti konteks; Yang membawa maksud, makna, dan kepentingan. Adapun secara
terminologi adalah proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu
siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mangaitkannya terhadap konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga
siswa memiliki pengetahuan/ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Menurut Kunandar (2010:295)
dalam The wagshinton state konsoritium for
contextual teaching and learnig mengartikan pembelajaran kontekstual adalah
pengajaran yang memungkinkan peserta didik memperkuat, memperluas dan
menerapkan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan diluar
sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam
dunia nyata. Pembelajaran kontekstual menjadi ketika peserta didik menerapkan
dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah ril yang
berasosiasi dengan peranan dengan tanggung jawab mereka sebagi anggota
keluarga, masyarakat, peserta didik dan selaku pekerja.
Dalam
kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya.
Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru
(baca: pengetahuan dan keterampilan) datang dari 'menemukan sendiri', bukan
dari 'apa kata guru'. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan
pendekatan kontekstual. Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti
halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan
agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual
dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
Dengan demikian, yang menjadi konsep dasar dan kerakteristik
dari Contextual Teaching and Learning (CTL) ada tiga hal yang kita harus
pahami yaitu sebagai berikut:
1.Contextual Teaching and Learning (CTL)
menekankan kepada proses ketelibatan peserta didik untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam Contextual Teaching and Learning (CTL)
tidak mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran, akan tetapi
proses mancari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
2.Contextual Teaching and Learning (CTL)
mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya peserta didik dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi peserta didik materi
itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori peserta didik, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
3.Contextual Teaching and Learning (CTL)
mendorong peserta didik untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan, artinya Contextual
Teaching and Learning (CTL) bukan hanya mengharapkan peserta didik dapat
memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu
dapat mewarnai dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam Contextual
Teaching and Learning (CTL) bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian
dilupakan akan tetapi bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
B. Asas-asas Contextual Teaching and Learning
Menurut Sanjaya (2009:264-268),
Asas-asas yang melandasi pelaksanaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning.
Seringkala asas ini disebut juga komponen-komponen Contextual Teaching and Learning
adalah:
1.
Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses
membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark
Baldawin dan dikembangkan dan diperdalam oleh Jean Piaget menganggap
bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan dari objek semata, tetapi juga dari
kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
2. Inkuiri
Inkuiri artinya proses pembelajaran
didasarkan pada pencaian dan penemuan melalui proses berfikir sistamatis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil
dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru
bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi
merancang sendiri materi yang harus dipahaminya.
3. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya
dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin
tahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan
seseorang dalam berfikir. Dalam proses pembeajaran Contextual Teaching and Learning,
guru tidak menyampaikan info begitu saja, akan tetapi memancing siswa
dapat menemukan sendiri.
4. Masyarakat
Belajar (Learning
Community)
Suatu permasalahan tidak mungkin
dapat dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep
masyarakat belajar dalam Contextual Teaching and Learning
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang
lain. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar
teman, antar kelompok, yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu,
yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya dengan orang lain.
5. Pemodelan (Modeling)
Asas modeling adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh
setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru
saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki
kemampuan.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah pengendapan
pengalaman yang telah dipelajarai yang dilakukun dengan cara mengurutkan
kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
Dalam proses pembelajaran Contextual Teaching and Learning,
setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan
secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat
menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
7. Penilaian Nyata
(Authentic
Assessment)
Penilaian nyata adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkambangan belajar yang
dilakukan untuk mengetahuiapakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah
pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan
baik intelektual maupun mental siswa.
Apabila ketujuh
komponen ini diterapkan dalam pembelajaran, maka akan terlihat pada realitas
berikut :
1.
Kegiatan yang
mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa
bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2.
Kegiatan
belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik
atau permasalahan yang akan dipelajari.
3.
Kegiatan belajar
yang bisa mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalis topik
atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil “menemukan” sesuatu.
4.
Kegiatan
belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau bekerja sama, dan
saling membantu dengan teman lain.
5.
Kegiatan
belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan
siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demontrasi kegiatan, penampilan hasil
karya, cara mengoprasikan sesuatau, dan sebagainya.
6.
Kegiatan
belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk tanya jawab
dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, merekontruksi
kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran
atau harapan siswa.
7.
Kegiatan
belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi siswa melalui
kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.
III.
Peran CTL dalam
Kegiatan Belajar Mengajar
Dari penjelasan tentang Contekstual
Learning and Teaching (CTL) diatas maka dapat dianalisis tentang peran CTL dalam kegiatan belajar
mengajar sebagai berikut :
Contekstual Teaching and Learning (CTL) memiliki kelebihan-kelebihan diantaranya bahwa Siswa lebih
termotivasi karena materi yang disajikan terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Kemudian materi yang disajikan lebih lama membekas di pikiran siswa karena
siswa dilibatkan aktif dalam pembalajaran, dan yang tidak kalah penting bahwa
pembelajaran ini siswa berpikir alternatif dalam membuat pemodelan.
Disamping kelebihan-kelebihan tersebut
Contekstual Teaching and Learning (CTL) juga memiliki kelemahan yang
diantaranya bahwa tidak semua topik atau pokok bahasan bisa disajikan dengan
kontekstual, atau kadang kesulitan dalam mengaitkannya.selain itu pembelajaran
ini membutuhkan waktu yang agak lama.
Pembelajaran ini menjadikan peserta didik dapat
menerapkan keterampilan akademisnya dalam
berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Selain itu mendorong agar
peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
situasi kehidupan nyata.
Contekstual Teaching and Learning
(CTL) membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
IV. Penutup
A.
Kesimpulan
Contekstual Teaching and Learning adalah sebuah strategi pembelajaran yang mengaitkan materi
pelajaran tertentu pada dunia nyata. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut
untuk dapat membangun pengetahuan dengan sendirinya. Yaitu dengan mengadakan
kerja sama (team work) dengan siswa lainnya untuk memecahkan suatu
masalah yang ada kaitannya dengan materi yang dipelajari.
Dalam pembelajaran (CTL) guru berfungsi sebagai fasilitator. Guru
lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru hanya
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas.
DAFTAR PUSTAKA
-Hanafi, M.
2009. Pembelajaran Sejarah Kebudayaaan Islam. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia
-Kunandar. (2005). The Washington State Konsoritium for Contextual
Teaching and Learning. [online]. Tersedia: http://www.surgamakalah.com/2011/07/konsep-model-pembelajaran-contextual.html [7 Maret 2012]
-Muslich
Masnur. (2008). KTSP Pembelaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara
-Mujahid Imam. (2005). Contekstual Teaching
and Learning. [online].
Tersedia:http://uanghipni.blogspot.com/2010/10/pengertian-contextual-teaching-and.html
[7 Maret 2012]
-Sanjaya. (2009) . Contekstual Teaching and Learning. [online].Tersedia:http://alkustadotcom.wordpress.com/2011/02/06/contextual-teaching-and-learning/[7 Maret 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar