PENDIDIKAN DALAM MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)
Oleh:
Iin Marlina 10.0401.0028
Magfiroh 10.0401.0073
- Pendahuluan
MDGs
merupakan singkatan dari Millenium Development Goals.
MDGs dicetuskan pada bulan september
tahun 2000 oleh para pemimpin dunia di New York. Pertemuan para pemimpin dunia
tersebut dinamai dengan “Deklarasi Millennium”. Deklarasi Millennium ini bertujuan untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi pembangunan sumber daya manusia dan pengentasan kemiskinan. Dalam
rangka mewujudkan tujuan itu, maka dirumuskan delapan tujuan Pembangunan Millennium yang disebut Millennium
Delevepment Goals.
MDGs
mempunyai delapan tujuan dan antara tujuan saling
keterkaitan. Selain itu, setiap tujuan terkandung beberapa target-target yang
spesifik dan
terukur. Setiap target mempunyai beberapa indikator yang dapat mengukur seberapa
besar keberhasilan dari beberapa tujuan tersebut. Dari delapan tujuan dari MDGs, target yang telah ditentukan harus
tercapai/terpenuhi pada tahun 2015 dengan patokan data tahun 1990.
Salah satu tujuan dari MDGs adalah pendidikan dasar untuk semua. Dengan
pendidikan diharapkan pembangunan sumber daya manusia dapat terealisasi. Buruknya
kualitas pendidikan menunjukkan
buruknya kualitas suatu negara begitu juga
sebaliknya.
Oleh karena itu, masalah pendidikan mendapat perhatian khusus dari semua pihak.
- Millennium Development Goals
A.
Gambaran Umum MDGs
Millennium Development Goals
(MDGs) memiliki delapan tujuan yang dianggap
masalah pokok dalam pembangunan sumber daya manusia. Delapan tujuan tersebut
adalah:
1. Memberantas
kemiskinan dan kelaparan ekstrim
Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan
ekstrim merupakan salah satu dari tujuan MDGs.
Hal ini disebabkan karena dua kondisi tersebut dapat menghambat kemajuan sumber
daya manusia. Kita tidak bisa menampik
bahwa kita hidup butuh uang. Ketika kita mempunyai uang yang cukup maka kita
dapat memanfaatkan uang tersebut untuk membeli kebutuhan pokok. Jika kebutuhan
pokok tersebut dipenuhi maka kita dapat hidup dengan nyaman.
Tujuan pertama MDGs (Stalker, 2008) memiliki
beberapa target
a)
Menurunkan proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
menjadi setengahnya antara 1990-2015 diantaranya, berdasarkan angka kemiskinan
tahun 1990 yaitu 15,8% maka pencapaian target pada tahun 2015 angka kemiskinan
menunjukan 7,5%.
b)
Menyediakan seutuhnya
pekerjaan yang produktif dan layak, terutama untuk perempuan dan kaum muda.
Indikator
pencapaian target tersebut yaitu:
1) Pertumbuhan
PDB per proposisi jumlah pekerjaan/produktivitas
pekerja.
2) Rasio pekerja terhadap populasi.
3) Proposisi pekerja yang hidup dan kurang dari $ 1 per hari.
4) Proposisi pekerja yang memiliki rekening pribadi dan anggota
keluarga bekerja terhadap jumlah pekerja total.
c) Menurunnya proposisi penduduk
yang menderita
kelaparan menjadi
setengahnya antara tahun 1990 dan 2015.
2. Mewujudkan
Pendidikan Dasar untuk semua
Kualitas sumber daya manusia akan
meningkat/membaik jika mereka mengenyam pendidikan, paling tidak mengenyam
pendidikan dasar yaitu pendidikan wajib 9 tahun. Target dari tujuan kedua MDGs (Stalker,
2008) adalah memastikan bahwa pada tahun 2015 semua anak
di manapun,
baik laki-laki maupun perempuan, akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar
secara utuh. Indikator keberhasilan ditentukan berdasarkan tingkat partisipasi di sekolah dasar, kelulusan, dan
angka melek huruf.
3. Mendorong
Kesetaran Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Masalah kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sedang digalangkan. Posisi perempuan menjadi pusat perhatian.
Pemberdayaan perempuan di
segala
lini kehidupan sangat diharapkan.
Kita ketahui bahwa
perempuan adalah tiangnya negara. Karena ditangan perempuan, generasi bangsa
ini dilahirkan dan dididik. Target yang ditentukan oleh tujuan ketiga MDGs (Stalker,
2008) yaitu menghilangkan ketimpangan gender ditingkat
pendidikan dasar dan lanjutan, lebik baik pada tahun 2005, dan di semua jenjang
pendidikan paling lambat tahun 2015. Indikator keberhasilan ditentukan
berdasarkan:
a)
Rasio anak perempuan
terhadap anak laki-laki di
pendidikan
dasar, lanjutan, dan tinggi.
b)
Rasio melek
huruf
anak perempuan terhadap anak laki-laki usia 15-24 tahun.
c)
Sumbngan anak perempuan
dalam berupah dalam sektor non pertanian.
d) Proporsi
perempuan di dalam perlemen.
4. Menurunkan
angka kematian anak
Angka kematian anak masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan
faktor ekonomi dan faktor pendidikan. Tujuan keempat dari MGDs ini melalui target
(Stalker, 2008), diantaranya menentukan angka kematian
bahkan sebesar dua pertiganya antra tahun 1990 dan 2005. Indikator keberhasilan
target tersebut adalah:
a)
Angka kematian anak
dibawah lima tahun.
b)
Proporsi anak usia satu
tahun yang mendapatkan imunisasi campak.
5. Meningkatkan
kesehatan ibu
Perjuangan ibu yang paling besar saat melahirkan. Nyawa
seorang ibu bisa jadi taruhanya. Untuk itu kesehatan ibu perlu
diperhatikan. Target dari tujuan kelima MDGs
(Stalker, 2008) adalah:
a)
Menurunkan angka
kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 dan 2005.
Indikator target ini berdasarkan
proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan reproduksi.
b)
Menyiapkan dan
menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada tahun 2015. Indikator
target ini tingkat penggunaan alat kontrasepsi oleh wanita usia 15-49 tahun dan
tingkat perawatan anternal.
6. Memerangi
HIV dan AIDS, malaria, serta penyakit lainnya
Target dari tujuan keenam MDGs (Stalker, 2008) adalah:
a)
Menghentikan dan mulai
membalikkan tren penyebaran HIV dan AIDS pada tahun 2015.
b)
Tersedianya akses
universal untuk perawatan terhadap HIV/AIDS
bagi yang memerlukan pada tahun 2010.
c)
Menghentikan dan mulai
membalikkan kecenderunagn penyebaran malaria dan penyakit-penyakit lainya pada
tahun 2015.
7. Memastikan
kelestarian lingkungan
Lingkungan dapat mengakibatkan bencana
bagi manusia ketika tidak dilestarikan. Oleh karena itu, pembangunan sumber
daya manusia perlu adanya pelestarian lingkungan secara berkesinambungan.
Target dari
tujuan ketujuh MDGs (Stalker, 2008) adalah:
a)
Memadukan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan kedalam kebijaksanaan dan program negara serta
mengakhiri kerusakan sumber daya alam.
1) Proporsi
lahan berupa tutupan
hutan.
2) Rasio
kawasan lindung untuk mempertahankan keragaman hayati.
b)
Mengurangi laju
hilangnya beragam hayati dan mencapai pengurangan yang signifikan pada tahun
2010.
c)
Menurunkan separuh
proporsi penduduk yang tidak memiliki akses yang berkelanjutan terhadap air
minum yang aman dan sanitasi
dasar pada tahun 2015.
d) Pada
tahun 2010 telah mencapai perubahan signifikan
dalam kehidupan (setidaknya) 100 juta penghuni kawasan kumuh.
8. Mengembangkan
kemitraan global untuk pembangunan
Tujuan akhir ini terkait dengan
kerjasama Internasional yaitu menelaah beberapa
asumsi, diantaranya
perdagangan, bantuan, utang Internasional dan lain-lain.
Target dan indikator tujuan akhir ini bertujuan untuk negara-negara maju. Hal
ini dikarenakan negara-negara maju agar membantu negara-negara termiskin dalam
mencapai tujuan-tujuan MDGS lainnya.
Salah satu target yang menjadi bagian
tujuan ke-8 MDGs adalah lebih
jauh mengembangkan sistem perdagangan dan keuangan yang terbuka, berbasis
peraturan, mudah diperkirakan, dan tidak diskriminatif.
B. MDGs dalam Perspektif Pendidikan
Kualitas suatu bangsa dapat ditentukan oleh kualitas pendidikannya.
Semakin baik kualitas pendidikan maka
semakin baik kualitas bangsa itu. Sebaliknya semakin buruk kualitas pendidikan
maka semakin buruk kualitas bangsa itu. Dari tahun ke tahun Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia semakin menurun. Kondisi ini sangat memprihatinkan kita
semua. Kita ketahui bahwa pendidikan di Indonesia belum bisa merata di beberapa
daerah. Selain itu, fasilitas pendidikan di sekolah mulai dari
tingkat dasar sampai tingkat ataspun
sangat miskin baik infrastruktur maupun suprastruktur.
Pendidikan adalah masalah krusial dalam
kehidupan. Pendidikan dapat memberikan dampak yang sangat besar dalam kehidupan
manusia. Oleh sebab itu, tidaklah salah jika pendidikan merupakan salah satu
tujuan Pembangunan Milennium
(MDGs).
Selain maslah pendidikan, ada tujuh masalah yang diangkat dalam MDGs. Ketujuh masalah tersebut adalah 1)
kemiskinan dan kelaparan, 2) kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 3) kematian bayi, 4)
kesehatan ibu, 5) penyakit
menular, 6) pelestarian lingkungan, dan 7) kemitraan
untuk pembangunan.
Pendidikan di Indonesia saat ini masih
mementingkan pendidikan yang bersifat dan berideologi materalisme-kapitalisme.
Ideologi pendidikan
ini jika dilihat secara teoritis tidak nampak, tetapi secara praktis merupakan
realitas yang tidak dapat dibantah lagi. Oleh karena itu, pendidikan dasar
untuk semua merupakan tujuan pembangunan millennium yang diharapkan dapat
terealisasi. Tidaklah mudah untuk mewujudkan pendidikan dasar untuk semua.
Banyak anggapan masyarakat yang menjebak mereka sehingga mereka enggan
bersekolah. Salah satunya, masyarakat sering berpandangan bahwa sekolah yang
mahal dengan menyediakan fasilitas modern adalah sekolah bermutu dan menjamin
masa depan anak-anaknya. Banyak
masyarakat yang kurang mampu terjebak dengan definisi tersebut. Mereka juga
merasa minder jika menyolahkan anak-anaknya di sekolah-seklah bagi kaum “the
have”. Selain tidak mampu untuk
membiayai sekolah ank-anaknya, orang tua yang kurang mampu masih enggan untuk memasukkan ke sekolah
bermutu tersebut. Hal ini disebabkan karena mereka takut dengan pergaulan
sehari-hari yang mengakibatkan anak mereka dianiaya, diejek, atau terpengaruh
dengan perilaku yang kurang baik. Gambaran ini merupakan dikotomi pendidikan
bagi anak kaya dan anak miskin
Pemerintahpun tidak tinggal diam.
Pemerintah memberikan dana BOS untuk pendidkan sekolah dasar di seluruh negeri
ini. Akan tetapi, dana BOS prakteknya banyak di selewengkan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab. Seharusnya dalam penggunaan dana BOS harus berorientasi
pada efisien, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas (Benni Setiawan, 2008: 98).
Dalam hal ini, partisipai semua pihak demi mengawasi pengunaan dana BOS mutlak
diperlukan.
Sebenarnya, dana BOS tersebut sangat
membantu keluarga miskin
untuk dapat mengenyam pendidikan dasar. Karena
terjadi penyelewengan di
sana-sini
sehingga sekolah masih banyak yang memungut biaya yang lumayan mahal. Bagi
orang miskin, salah satu akibatnya mereka memilih putus sekolah. Faktor
kemiskinan merupakan salah satu penghambat untuk mewujudkan pendidikan dasar
untuk semua. Untuk memberikan jalan keluar agar generasi muda memiliki
penghasilan yang lebih baik di masa mendatang, maka kunci utamanya adalah
memberikan pendidikan yang lebih baik kepada mereka serta diiringi kebijakan
pemerintah yang mempertimbangkan dan memastikan tombulnya ekonomi yang
bermanfaat pada daerah dan penduduk
termiskin. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada kawasan pedesaan,
karena sektor
dua pertiga dari rumah tanga miskin bekerja di sektor pertanian. Jika penghasilan orang
tuanya yang bekerja di sektor
pertanian tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, maka dapat dibayangkan bahwa
anak-anaknya pasti tidak memperolah kesempatan untuk melanjutkan studinya ke
jenjang sekolah yang sesuai dengan usianya. Sebab tenaga anak dimanfaatkan oleh
orang tuannya untuk membantu orang tuanya bekerja mencari nafkah.
1.
Hubungan Pendidikan
dengan Gender
Kesetaraan gender dalam dunia pendidikan
juga sangat diperlukan. Berbicara
tentang kesetaraan gender, maka perempuan yang menjadi masalah dominan. Perempuan
berhak untuk mendapatkan pendidikan.
Kita coba melihat persoalan-persoalan baru di abad kedua puluh ini yang terjadi
terhadap perempuan. Perdagangan manusia yang banyak didominasi perempuan
menjadi bahasan yang menarik dan menjadi perhatian dunia. Perempuan sering
menjadi santapan ampuh mucikari untuk menjual mereka. Mereka dipekerjakan sebagai pembantu rumah
tangga hingga sebagai pemuas nafsu laki-laki hidung belang. Jual beli perempuan
sering dilatar belakangi oleh faktor kemiskinan dan pengangguran. Dua faktor
ini selalu berkaitan dengan persoalan pendidikan yang tidak memadai. Contohnya
para TKI/TKW di luar negeri. Persoalan jual beli perempuan tentunya sangat
dekat hubungannya dengan akses pendidikan. Maksudnya, pendidikan bagi kaum
perempuan masih dianggap tabu oleh sebagian
masyarakat. Masyarakat memandang
bahwa perempuan tugasnya hanya di
dapur.
Pandangan ini seakan lebih
menjadi
rumus baku dalam masyarakat.
Keadaan itu sering menjadi faktor mengapa perempuan menjadi bodoh dan tidak
berdaya. Mereka tidak mempunyai keahlian dan ketrampilan yang dapat dijadikan
andalan dalam menghadapi dunia kerja dan hidup.
Oleh karena itu, agenda pendidikan bagi perempuan sudah saatnya digalakkan. Pendidikan bagi
kaum perempuan dapat diwujudkan
dengan mendorong masyarakat untuk terbuka. Artinya, pandangan masyarakat mengenai
lemahnya kaum perempuan dalam peran serta membangun bangsa sudah saatnya diakhiri. Yaitu
dengan memberikan pengarahan dan pendidikan bagi masyarakat. Program pendidikan dapat
dilakukan dengan
cara, memberikan dan mendorong kaum perempuan untuk menikmati pendidikan lanjutan, melalui peranan organisasi sosial keagamaan, melalui
peranan serta lembaga pemerintah dari tingkat desa hingga perkotaan dan
kepedulian LSM.
2. Hubungan
Pendidikan dengan Pelestarian lingkungan
Pendidikan di Indonesia harus
menciptakan pendidikan ramah lingkungan. Hal ini disebabkan negara Indonesia
merupakan penyumbang ketiga emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Emisi ini
disumbangkan oleh sector
kehutanan, terutama akibat penebangan liar, pembersihan lahan, konversi hutan
menjadi lahan pertanian atau perkebunan dan kebakaran hutan. Kita harus
mengambil langkah untuk mengatasi itu semua.
Menyelamatkan hutan dan lingkungan alam dari kerusakan merupakan amanah
kemanusiaan (Benni Setiawan, 2008: 44).
Hal ini disebabkan
karena manusia dan makhluk
lainnya mendiami bumi sebagai
tempat tinggal serta mempertahankan hidup dan beranak pinak. Jika bumi rusak,
makhluk bumipun juga akan punah. Maka dari itu memelihara bumi agar tetap
lestari dan menjadi tempat yang nyaman untuk makhluk bumi adalah bukti cinta
kasih terhadap sesama.
Manusia sudah saatnya memikirkan bagaimana menyelamatkan bumi dari kerusakan.
Kerusakan bumi pada dasarnya awal dari kepunahan manusia. Untuk menyelamatkan bumi
dari kepunahan, salah satu dengan mengagendakan pendidikan ramah lingkungan.
Pendidikan ramah lingkunagan
pada dasarnya lebih pada sejarah konsep hidup sinergis antara manusia dengan
alam. Pendidikan ramah lingkungan harus diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Langkah pertama dengan menyadarkan manusia itu tidak bisa hidup
tanpa alam. Langkah kedua, di dalam pendidikan formal peserta didik diajarkan bagaimana
menghargai keseimbangan makrokosmos bumi yaitu dengan mengintegrasikan setiap
pelajaran dengan misi pelestarian
lingkungan. Langkah
ketiga, aksi nyata manusia untuk tidak merusak ekosisitem bumi.
3.
Hubungan Pendidikan
dengan Kematian Bayi
Angka kematian bayi (anak) di Indonesia
cukup tinggi. Faktor kemiskinan dan pendidikan sangat berperan dalam hal ini.
Pendidikan mengambil adil dalam angka kematian bayi. Hal ini dapat dilihat,
bahwa kepedulian masyarkat akan lima imunisasi sangat kurang (BCG, DPT, Polo,
Campak, Hepatitis B). Selain itu, kelahiran seorang anak di beberapa daerah masih
mengandalkan dukun bayi. Mereka belum mempunyai kesadaran agar kelahiran
ditolong oleh tenaga medis. Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka angka
kematian bayi semakin berkurang. Kemiskinan juga mengambil adil dalam angka
kematian bayi. Karena miskin orang tua akan memberikan asupan gizi yang sangat
minim. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Jika
penyakit tersebut dibiarkan begitu saja oleh orang tua dan tidak dibawa ke
puskesmas atau rumah sakit maka, kematianlah yang terjadi. Hal itu terjadi
karena mereka tidak memiliki uang. Untuk makan sehari-hari
saja susah apalagi harus membiayai
anak di rumah
sakit. Banyak upaya untuk menekan angka kematian bayi. Pertama, pemerintah
mengadakan jamkesmas
untuk keluarga miskin dan tidak mampu. Kedua, melalui posyandu diadakan penyuluhan
tentang kesehatan. Ketiga melalui pendidikan formal yaitu pelajaran ilmu
pengetahuan alam. Siswa menyadari bahwa suatu saat nanti mereka akan menjadi
orang tua maka dari itu pengetahuan kesehatan sejak dini sangatlah bermanfaat.
4.
Hubungan Pendidikan
dengan kesehatan Ibu
Wanita adalah tiangnya negara. Jika
wanita itu kokoh maka kekokohan negara terjamin begitu juga sebaliknya. Dalam
hal ini wanita harus dibekali oleh pendidikan yang cukup ditangan merekalah, generasi bangsa ini dilahirkan dan
dididik dengan penuh kasih sayang. Hal ini dibuktikan dengan perjuangan
terbesar seorang ibu yaitu ketika melahirkan anak yang dikandungnya selama 9
bulan 10 hari. Begitu pula ketika proses melahirkan anak yang dikandungnya.
Namun, karena minimnya pendidikan dan pengetahuan sang ibu tentang aman serta
proses persalinan yang benar kadang ibu melahirkan hanya dengan bantuan dukun
beranak saja (secara tradisional). Untuk kasus-kasus persalinan normal itu
tidak begitu bermasalah. Akan tetapi apabila terjadi komplikasi, persalinan tradisional
tidak mungkin bisa mengatasi dan enggan meminta bantuan bidan desa. Hal ini
dapat mengakibatkan penundaan yang membahayakan jiwa. Karena tidak secepatnya
memperoleh perawatan kebidanan darurat dari rumah sakit. Bisa saja nyawa sang
ibu melayang.
Pendidikan ikut ambil andil dalam upaya
penekanan angka kematian ibu. Dengan pendidikan yang cukup sejak dini dapat
menekan angka kematian ibu. Oleh karena itu, mari galangkan pendidikan untuk
semua.
5.
Hubungan Pendidikan
dengan Penyakit menular
Dewasa ini begitu banyak bermunculan
berbagai macam penyakit baik menular maupun tidak. Penyakit tersebut
diantaranya HIV/AIDS, malaria, dan lain-lain. Supaya kita
tidak kena penyakit tersebut, maka kita harus
mengetahui tentang penyakit tersebut. Diantaranya:
a) Penyebab
penyakitnya
b) Penularan
penyakit
c) Pencegahannya
Pendidikan
kesehatan sangat diperlukan dan dapat diperoleh melalui posyandu, penyuluhan
oleh medis setempat. Peranan UKS dalam pendidikan formal dapat mencegah wabah penyakit tersebut. Pemberdayaan UKS sangat
berperan dalam melawan penyebaran
penyakit tersebut. UKS yang kita
ketahui hanya sebagai P3K tetapi UKS diupayakan secara kontinyu selalu
memberikan pelayanan/penyuluhan terhadap anak tentang isu-isu terhangat seputar
kesehatan khususnya penyakit menular.
6.
Hubungan Pendidikan
dengan Kemitraan Global untuk Pembangunan
Kemitraan sangat diperlukan di
Era Globalisasi ini. Bentuk kementerian
dalam dunia pendidikan dengan negara lain
diantaranya pertukaran pelajar dan pertukaran guru. Dengan bentuk kemitaraan tersebut diharapkan
mempererat
hubungan persaudaraan antar negara.
- Kesimpulan
Masalah pendidikan tidak
henti-hentinya diperbincangkan sampai-sampai menjadi salah satu Pembangunan
Millenium (MDGs). Pendidikan sebagai
suatu proses pembentukan pribadi peserta didik dilaksanakan secara sistematik
dan sistematis. Sebab sebuah proses pendidikan berlangsung secara bertahap
serta berkesinambungan (prosedural) dan sistematik karena berlangsung dalam
situasi dan kondisi di semua lingkungan baik keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Oleh karena itu, tantangan yang harus dikerjakan dalam bidang pendidikan harus
diupayakan terutama meningkatkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada
setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah
serta mendorong masyarakat untuk menyadari sepenuhnya bahwa pendidikan adalah kebutuhan
mendasar bagi setiap hidup insani. Jika hal ini berhasil, maka pemerintah
melalui kebijakan presiden secara bertahap
akan dapat menuntaskan pendidikan untuk semua.
Daftar Pustaka
Setiawan, Benni.
2008. Agenda Pendidikan Nasional.
Jogjakarya: Ar-ruz Media Group.
Stalker, P. 2008. Millennium
Development Goals. [On line]. Tersedia: http://www.undp.or.id/pubs/docs/Let%20Speak%20Out%20for%20MDGs%20-%20ID.pdf
[13 Maret 2012]
Hudha, AM. 2010. Mewujudkan MDGs
Pendidikan untuk Kemajuan Pendidikan Masa Datang. [On line]. Tersedia: http://ejournal.umm.ac.id. [13 Maret 2012]
Nurullah, Ahmad. 2012. Tantangan
2012 menuju MDGs. [On line]. Tersedia: http: ///J: Pendidikan MDGs.htm.
[13 Maret 2012]
Devanda, Berry. 2010. Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun dan Target MDGs. [On line].Tersedia:http://www.pkvhi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=186:pendidikan-dasar-sembilan-tahun-dan-target-mdgs-&catid=43:kliping-artikel&Itemid=55.
[13 Maret 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar