MULTIPLE
INTELEGENCE
Oleh:
Aris Margo Susanto 10.0401.0082
Zulia Andriani Kencanasari 10.0401.0002
I.
PENDAHULUAN
Kecerdasan merupakan kemampuan untuk mengungkapkan
situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Selain
itu, kecerdasan juga bergantung pada konteks, tugas serta
tuntunan yang diajukan oleh kehidupan kita dan bukan bergantung pada nilai IQ,
gelar perguruan tinggi maupun reputasi bergengsi.
Penelitian mengenai prediksi nilai IQ membuktikan
hal ini, meskipun
tes kecerdasan secara konsisten meramalkan kesuksesan disekolah. Sebuah studi
yang dilakukan terhadap profesional yang sangat sukses memperlihatkan bahwa
sepertiga dari mereka mempunyai IQ yang rendah. Jelas sudah bahwa IQ hanya dapat mengukur sesuatu yang lebih
tepat disebut bakat sekolah, sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai
keterampilan yang jauh lebih luas.
Dalam pembahasan ini, kami akan memaparkan tentang kecerdasan
ganda (multiple intellegence)
yang sering kita temukan dalam semua segi kehidupan kita.
II.
MULTIPLE
INTELLEGENCE DALAM PENDIDIKAN
A. Teori Multiple Intelligence menurut
Psikologi Harvard Howard Gardner
(Fandy’s, 2010), Teori tentang multiple intelligence ini berdasarkan
pakar Psikologi Harvard Howard Gardner mengemukakan bahwa pandangan klasik
percaya bahwa kecerdasan merupakan kapasitas kesatuan dari penalaran logis, dimana
kemampuan abstraksi sangat bernilai.
Gardner mengatakan
bahwa, Inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya
atau komunitas tertentu, yang terdiri dari tujuh macam inteligensi. Sedangkan, Kecerdasan
menurut nya, adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar
dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas
serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada
nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.
Gardner
menekankan bahwa inteligensi hanya merupakan dasar ilmiah yang secara potensial
berguna. Jenis-jenis inteligensi menurut Gardner :
a. Kecerdasan
spasial,
merupakan kecerdasan yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi visual
atau spasial, mentransformasi serta memodifikasinya,
dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli. Individu
yang dominan memiliki kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola
yang berbentuk gambar. Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan,
gambar, video ataupun film sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan
hidup sehari-hari. (arsitek,
fotografer,arti, pilot, insinyur mesin).
b. Kecerdasan
bahasa/linguistik,
merupakan kecerdasan dalam penggunaan kata-kata atau bahasa. Meliputi mekanisme
yang berkaitan dengan fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Mereka yang
memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan tinggi dalam merespon dan
belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang digunakan. Pada umumnya
merupakan ahli yang berbicara di depan publik. Mereka lebih bisa berpikir dalam
bentuk kata-kata daripada gambar. (jurnalis,
pengacara, pencipta iklan dan penyair).
c. Kecerdasan
logis matematis.
Kecerdasan yang mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika
dan angka-angka matematis. Pola pikir yang berkembang melalui kecerdasan ini
adalah kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan angka yang digunakan
untuk membuat hubungan antara berbagai informasi, secara bermakna. (ahli matematika, pemrogram komputer, analis
keuangan, akuntan, insinyur dan ilmuwan
dan menciptakan hipotesis).
d. Kecerdasan
jasmani kinestetik.
Kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara
canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Kecenderungannya yaitu
dengan mengekspresikan diri melalui gerakan tubuh, individu dapat berinteraksi dengan
lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang
diterimanya. (koreografer, penari,
pemanjat tebing, penari, atlet, pengrajin
dan montir).
e. Kecerdasan
musikal. Kecerdasan
yang dimiliki oleh orang yang peka nada serta memungkinkan individu
menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara.
Komponen inti dalam pemrosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre.
Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten pada
musik instrumentalia dan akustik.
f. Kecerdasan
interpersonal,
merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya.
Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari
sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan
merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan
orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu
kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal
untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain.
g. Kecerdasan
intrapersonal,
tergantung pada proses dasar yang memungkinkan individu untuk
mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya membedakan
sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut.
Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental mereka yang
akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan yang baik
dalam hidup mereka.(konselor, ahli
teologi, dan wirausahawan).
B. Bukti Teori Kecerdasan
Teori kecerdasan ganda bukanlah
teori pertama yang menyatakan ada cara lain agar menjadi cerdas. Teori
kecerdasan ganda memasukkan lingkup luas kemampuan manusia kedalam sistem tujuh
lapis yang dapat membuat setiap orang menjadi pemenang dalam hidupnya.
Gardner menetapkan syarat khusus
yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan diantaranya adalah :
-
Setiap
kecerdasan dapat dilambangkan
-
Setiap
kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan
-
Setiap
kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cidera pada wilayah otak tertentu
-
Setiap
kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasarkan nilai budaya
(Muh Tahir, 2011), Kecerdasan seseorang tidak
dipengaruhi oleh tes-tes formal. Kecerdasan seseorang bersifat dinamis dan
tidak statis. Tes yang dilakukan untuk menilai kecerdasan seseorang, praktis
hanya menilai pada saat itu, bukan untuk 1 bulan ke depan, atau 20 tahun ke
depan. Menurut Gardner, kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang. Padahal kebiasaan
adalah perilaku yang selalu diulang-ulang.
Pada
tahun 1970-an, tak sedikit ahli psikologi dunia menyatakan bahwa tes IQ yang
diterapkan di dunia pendidikan tidak valid. Dalam bukunya “Frame of Mind”,
Gardner mengungkapkan ketidak-valid-an tes IQ.
Alferd
Binet, seorang psikolog pembuat tes IQ yang mengandung konsep eugenic
(keturunan). Teorinya menegaskan bahwa faktor keturunan sangat mempengaruhi IQ
seorang anak. Anak yang lahir dari keturunan bangsawan akan lebih cerdas, sebab
bangsawan adalah kelompok masyarakat yang sangat cerdas menurutnya. Permintaan
teori ini ternyata didasari fakta sejarah ketika kaum buruh mengancam kekuasaan
dengan tajam pada saat itu.
Kecerdasan
seseorang dapat dilihat dari berbagai dimensi, tidak hanya kecerdasan verbal (berbahasa)
atau kecerdasan logika. Gardner menyatakan bahwa kecerdasan ganda itu memungkinkan ranah kecerdasan itu
berkembang luas.
Dengan
mengetahui multiple intelligence sedini mungkin, kita dapat menemukan ranah akhir dengan lebih
baik, membuat seorang tidak terpaku dengan apa yang didapatkan sekarang dari
hasil tes sementara yang mungkin jauh dari target kecerdasan sesungguhnya.
Pada
saat multiple intelligence ditarik ke dalam ranah pendidikan khususnya di Indonesia. Paradigma pendidikan akan
mengalami banyak koreksi. Ada yang mengatakan Indonesia akan siap dengan teori ini
20 tahun lagi.
D. Ketika
Pendidikan tanpa Multiple Intelligence
(Rohmani, 2012) Kualitas sumber daya manusia Indonesia dewasa ini adalah cerminan dari sistem
pendidikan yang saat ini berlaku. Kualitas sumber daya manusia adalah hasil
dari penerepan sebuah sistem pendidikan. Bila banyak di antara kita tidak puas
dengan sumber daya manusia Indonesia saat ini maka pada saat bersamaan secara
tidak langsung kita sedang menggugat sistem pendidikan nasional.
Kualitas
(karakter) sumber daya manusia suatu bangsa tidak ditentukan oleh hakim,
polisi dan jaksa. Sumber daya manusia tidak pula ditentukan oleh berapa banyak
aturan atau undang yang dibuat oleh negara. Pendidikanlah yang memiliki andil
besar dalam menentukan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang menjadikan
sumber daya manusia lebih mampu bersaing dalam era global.
Kemajuan
bangsa-bangsa di dunia ini tidak ada yang diperoleh melalui banyaknya
undang-undang, kuatnya militer atau berlimpah-ruahnya sumber daya alam. Semua
negara-negara maju yang ada saat ini memulainya dari perbaikan sistem
pendidikan. Kalau pun ada negara yang maju akibat invasi militer itu tidak akan bertahan lama kecuali ditopang oleh
mutu pendidikan.
Menurut
penulis ada persoalan krusial yang hingga kini belum teratasi dengan baik, penyebabnya kualitas sumber daya manusia kita belum bisa bersaing dengan
negara-negara maju lainnya. Persoalan tersebut adalah pendidikan kita belum
mengakomodir konsep kecerdasan majemuk (multiple Intelligence) dalam dua konteks: metode pembelajaran dan
pendekatan kejiwaan peserta didik.
Dalam
metode pembelajaran yang ada saat ini cenderung monoton dan membosankan.
Hasilnya, anak didik sulit menerima atau memahami pembelajaran dari guru.
Pendidik hanya mengetahui satu pola pembelajaran menerangkan kemudian latihan soal.
Pola seperti ini sangat membosankan bagi anak-anak di usia sekolah dasar (SD
dan SMP). Dengan pendekatan kecerdasan majemuk guru dituntut memahami
keunggulan kecerdasan setiap anak. Teori kecerdasan majemuk ini menjelaskan
bahwa setiap manusia memiliki kecerdasan yang berbeda.
Dengan
memahami kecerdasan manusia maka pendidikan bisa melakukan pendekatan
pembelajaran sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki pesera didik. Pendidik bisa
mengemas metode pembelajaran sesuai dengan kecerdasan seorang anak. Bila
pendekatan pembelajaran sesuai dengan kecerdasan anak maka peserta didik lebih
tertarik mengikuti peroses pembelajaran. Dengan demikian materi pembelajaran
akan lebih mudah ditangkap oleh anak didik.
Pendekatan
teori kecerdasan majemuk ini bisa digunakan untuk memahami peserta didik.
Selama ini pendidikan kita hanya mengakomodir anak-anak yang memiliki
kecerdasan logika-matematika. Sehingga proses pembelajaran pun diarahkan untuk
mengasah kecerdasan logika-matematika ini. Anak didik yang tidak unggul dalam
kecerdasan logika-matematika akan tersingkir dari dunia pendidikan kita.
Anak-anak tersebut tidak memiliki tempat dalam pendidikan kita. Ironisnya,
mereka mendapat stempel anak gagal.
Padahal,
kecerdasan logika-matematika bukan faktor tunggal dalam menentukan kesuksesan
seseorang. Seseorang akan sukses bila ia mampu mengoptimalkan kecerdasan
spesifik yang dimilikinya. Kita bisa belajar dari kesuksesan ratu talk show
Oprah Winfrey. Ia berhasil menjadi seorang presenter terkaya karena mengasah kecerdasan linguistik yang ia miliki.
Sudah
saatnya pendidikan kita mengakomodir kecerdasan majemuk. Pendidikan (sekolah)
jangan lagi mematikan kecerdasan tertentu yang dimiliki seorang anak.
Pendidikan kita harus diarahkan bisa mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki
seorang peserta didik. Penulis yakin bila metode ini diterapkan maka anak-anak
didik akan tumbuh sesuai dengan potensinya. Sekolah bukan lagi tempat mematikan
potensi seorang anak.
E. Pendekatan
Multiple Intelligence dalam Pembelajaran
(Atep T Hadiwa, 2008) Untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran, pada dasarnya adalah menentukan pendekatan pembelajaran yang
sejalan dengan kurikulum tersebut. Membahas pendekatan pembelajaran, banyak
sekali jenis pendekatan yang dapat diterapkan. Di antaranya pendekatan pembelajaran
yang dikembangkan dari suatu teori yang dikenal dengan teori Multiple
Intelligence. Teori tersebut digunakan sebagai pendekatan pembelajaran,
karena di dalamnya membicarakan tentang keberagaman yang bertautan dengan
kompetensi peserta didik.
Pada
dasarnya setiap kurikulum menitikberatkan pada pencapaian suatu kompetensi tertentu peserta didik.
Pendekatan Multiple Intelligence pun memandang bahwa seseorang atau manusia memiliki beberapa potensi
kecerdasan. Salah satu dari kecerdasan setiap peserta didik itulah yang harus
dikembangkan, sehingga pada akhirnya menjadi suatu kompetensi yang sangat
dominan penguasaanya.
Jika kita tautkan ketujuh kecerdasan
yang dimiliki manusia dalam pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa
“Sebaiknya Multiple Intelligence (kecerdasan ganda) digunakan dan
diterapkan sebagai pendekatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.” Setiap manusia (peserta didik) tentu
akan memiliki potensi yang sesuai dengan salah satu kecerdasan di atas. Dengan
demikian, diharapkan salah satu potensi kompetensi dari peserta didik dapat
muncul dan dapat dikembangkan.
Salah
satu hal yang perlu diperhatikan dalam Multiple Intelligence adalah
adanya tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan, dan kecerdikan seorang guru
dalam memerhatikan bakat masing-masing siswa (peserta didik). Di dalam maupun
di luar sekolah, setiap siswa harus berhasil menemukan paling tidak satu
wilayah kemampuan yang sesuai dengan potensi kecerdasannya. Jika hal itu
berhasil ditemukan oleh siswa dengan bimbingan guru, maka akan menimbulkan
kegembiraan dalam proses pembelajaran, bahkan akan membangkitkan ketekunan
dalam upaya-upaya penguasaan disiplin keilmuan tertentu.
Penerapkan
pendekatan Multiple Intelligence dalam pembelajaran, harus memerhatikan
beberapa langkah, meliputi:
1. Mengidentifikasi elemen-elemen Multiple
Intelligence dalam program kurikuler dan ekstrakurikuler.
2. Meninjau kembali sistem teknologi
dan program piranti lunak untuk melihat kecerdasan-kecerdasan apa yang
terabaikan.
3. Para guru merenungkan kemampuan
peserta didik, kemudian memutuskan untuk secara sukarela bekerjasama dengan
rekan-rekan yang lain.
4. Proses pembelajaran dengan tanggung
jawab tertentu, bisa dipilih sebagai metode pembelajaran.
5. Diskusi dengan orang tua siswa dan
anggota masyarakat sehingga dapat membuka kesempatan-kesempatan magang bagi
para siswa.
Di
samping langkah-langkah di atas, sebagai upaya untuk memadukan pendekatan Multiple
Intelligence dalam pembelajaran, perlu juga memperhatikan hal-hal berikut:
1. Persepsi tentang siswa harus diubah
Sebaiknya
para pendidik memberikan perhatian kepada berbagai macam cara yang dilakukan
siswa untuk memecahkan masalah-masalah mereka dan mengaplikasikan apa yang
telah mereka pelajari. Kita harus menerima bahwa siswa memiliki profil-profil
kognitif dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Guru harus menyediakan
kesempatan-kesempatan belajar yang kaya, mempertajam kemampuan-kemampuan
observasi siswa,
mengumpulkan informasi tentang bakat dan kegemaran siswa, serta mempelajari
kecerdasan-kecerdasan yang tidak biasa.
2. Guru membutuhkan dukungan dan waktu
untuk memperluas daftar pengajaran mereka.
Jika
proses pembelajaran ingin mencapai tujuan bahwa siswa harus memiliki
pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan yang seimbang, maka jam
belajar yang selama ini hanya cukup untuk menguasai pengetahuan saja harus
diubah dengan memperluas jam belajar. Hal ini perlu dilakukan untuk:
a. Memberi dukungan dan melakukan praktek.
b. Meminta guru tertentu yang memiliki
kemampuan tinggi dalam sebuah kecerdasan untuk memberikan pelatihan.
c. Mengintegrasikan para spesialis yang
memiliki keahlian dalam bidang tertentu.
d. Mengunjungi lokasi-lokasi lain
sebagai bahan perbandingan proses pembelajaran.
3. Pendekatan Multiple Intelligence
dan pembelajaran
Kurikulum
pada dasarnya berfokus pada pengetahuan yang mendalam dan pengembangan
kemampuan. Dalam hal ini, pembelajaran tidak harus menekankan pengajaran melalui kecerdasan, tetapi yang harus
mendapat penekanan adalah bahwa pembelajaran itu untuk kecerdasan atau
penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan minat dan bakat siswa.
4. Diperlukan pendekatan baru terhadap
proses penilaian
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas penilaian, yaitu:
a. Bagaimana menilai kecerdasan siswa;
b. Bagaimana meningkatkan penilaian
secara umum dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotorik;
c. Bagaimana melibatkan siswa dalam
proses penilaian.
5. Praktik profesional menuju ke arah
perkembangan
Tingkat
profesionalisme
para pendidik perlu dimiliki setiap guru, sehingga tantangan yang dihadapi
terutama dalam menentukan model program yang akan dilakukan di kelas, tepat dan
sesuai dengan kompetensi siswa.
III.
KESIMPULAN
Dari uraian
diatas maka dapat kita pahami bahwa kecerdasan adalah merupakan kemampuan untuk
mengungkapkan situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa
lalu seseorang. Disamping itu, setiap manusia memiliki berbagai kecerdasan.
Yang mana Gardner memiliki teori tentang multiple intellegence yang kemudian
membaginya menjadi 7 macam kecerdasan yang ada dalam diri manusia.
Karena pada
dasarnya manusia itu sudah memiliki 7 macam kecerdasan tersebut kemudian
diimplementasikan kedalam proses pembelajaran yang ada dalam dunia pendidikan.
Tanpa adanya multiple intellegence, sumber daya manusia tidak akan bisa
memanfaatkan berbagai kecerdasan yang telah dimilikinya untuk dapat
dikembangkan agar potensi-potensi itu mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam
menjawab tantangan zaman yang semakin mendunia.
DAFTAR PUSTAKA
Rohmani,
MA. (2012). Ketika
Pendidikan tanpa Multiple Intelligences. [Online].
Tersedia:http://www.webrohmani.com/index.php?option=com_content&view=article&id=135:ketika-pendidikan-tanpa-multiple-intelligences&catid=36:opini&Itemid=60. [18 Maret 2012]
Muh. Tahir
. (2009). Multiple
Intelligences; Meluruskan Makna Kecerdasan. [Online]. Tersedia:http://www.surgamakalah.com/2011/12/multiple-intelligences-meluruskan-makna.html. [18 Maret 2012]
Atep T
Hadiwa. (2008). Pendekatan
Multiple Intelligence dalam Pembelajaran. [Online].
Tersedia:http://atepjs.wordpress.com/2008/09/04/pendekatan-multiple-intelligence-dalam-pembelajaran/. [18 Maret 2012]
Fandy's. (2010). Teori Multiple
Intelligence Howard Gardner. [Online].
Tersedia:http://fandi4tarakan.wordpress.com/2010/01/03/teori-multiple-intelligence/.. [18
Maret 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar