MAKALAH
PENDIDIKAN BERBASIS PEMBANGUNAN
KARAKTER
Disusun
Oleh:
Datin
Zulaekhah 10.0401.0044
Widya
Dwi Kurnia 10.0401.0047
A.
PENDAHULUAN
Karakter
merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Orang-orang yang berkarakter
kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki
akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Mengingat begiyu pentingnya
karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya
melalui proses pembelajaran. Karakter seseorang yang positif atau mulia akan
mengangkat status derajat yang tinggi dan mulia bagi dirinya. Kemuliaan
seseorang terletak pada karakternya.
Karakter seseorang
berkembang berdasarkan potensi yang dibawa sejak lahir atau yang dikenal
sebagai karakter dasar yang bersifat biologis. Karakter dapat dibentuk melalui
pendidikan, karena pendidikan merupakan alat yang paling efektif untuk
menyadarkan individu dalam jati diri kemanusiannya.
B.
PENTINGNYA
PENDIDIKAN KARAKTER
1.
Makna Pendidikan
Pendidikan
merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang tidak pernah bisa
ditinggalkan. Ada dua asumsi mengenai pendidikan. Pertama, pendidikan dianggap
sebagai sebuah proses yang terjadi secara tidak disengaja atau berjalan secara
ilmiah. Dalam hal ini, pendidikan bukanlah proses yang diorganisasi secara
teratur, terencana, dan menggunakan metode-metode yang dipelajari serta
berdasarkan aturan-aturan yang telah disepakati mekanisme penyelenggaraannya
oleh suatu komunitas masyarakat (negara) melainkan lebih merupakan bagian dari
kehidupan yang memang telah berjalan sejak manusia itu ada. Kedua, pendidikan
dianggap sebagai proses yang terjadi secara sengaja, direncanakan, didesain, dan
diorganisasi. Kata pendidikan berasal dari bahasa inggris yaitu education,
berasal dari bahasa latin yaitu educare, yang artinya melatih atau menjinakkan
(seperti dalam konteks manusia melatih hewan-hewan liar menjadi jinak), juga
berarti menyuburkan (membuat tanah menjadi baik yang siap menjadi persemaian
tumbuhan yang berkembang baik karena tanahnya digarap dan diolah). (Fatchul,
2011: 287)
2.
Pendidikan Karakter
Karakter adalah cara berpikir
dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu
yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. (Suyanto, 2009)
Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis
nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab,
kebenaran, keindahan, kebaikan, dan keimanan. Dengan demikian, pendidikan
berbasis karakter dapat mengintegrasikan informasi yang diperolehnya selama
dalam pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup yang berguna bagi upaya
penanggulangan persoalan hidupnya. (Rizkyana, 2010)
Pendidikan berbasis karakter akan menunjukkan jati dirinya sebagai
manusia yang sadar diri sebagai makhluk, manusia, warga negara, dan pria atau
wanita. Kesadaran itu dijadikan ukuran martabat dirinya sehingga berpikir
obyektif, terbuka, dan kritis, serta memiliki harga diri yang tidak mudah
memperjualbelikan. Sosok dirinya tampak memiliki integritas, kejujuran,
kreativitas, dan perbuatannya menunjukkan produktivitas.
Sebab-sebab
diadakannya pendidikan karakter:
a.
Kemiskinan dan keterbelakangan,
suatu kondisi yang menyebabkan negara kita kian tertinggal jauh dengan bangsa
lain, yang membuat generasi kita menganggur dan kurang pendidikan. Kurangnya
pendidikan dan kemiskinan berakibat pada tidak munculnya tenaga produktif dan
tenaga kreatif yang membuat generasi memproduksi dan berkreasi. Generasi kita
hanya bisa membeli, meniru, dan pasrah pada keadaan.
b.
Dominasi budaya membodohi akibat
pengaruh tayangan media (terutama budaya tonton melalui TV) yang pengaruhnya
pada masyarakat cukup luar biasa. Budaya tonton ini membuat orang mudah
terpengaruh pada gebyar kesemarakan yang dicitrakan media yang membuat para
penonton (khalayak masyarakat) hanya bisa pasif dalam kebudayaan, kebiasaan
yang membentuk karakter pasif, bisu, dan mematikan naluri kreativitas serta
kemandirian berpikir.
c.
Adanya korupsi yang meluas.
Korupsi jelas merupakan gejala paling nyata dari gagalnya pembangunan karakter
bangsa, merupakan produk dari hubungan sosial yang kontradiktif. Korupsi
membuat bangsa tidak maju, menyebabkan rakyat tetap miskin, dan sekaligus
menunjukkan karakter parasit dan birokrasi di Indonesia. Birokrasi parasit
adalah cermin bangsa yang karakternya rusak, yang kalau dibiarkan akan membuat
bangsa hancur, bisa hancur secara cepat atau perlahan-lahan.
d.
Kerusakan lingkungan alam akibat
gejala alam maupun akibat ulah manusia yang belakangan menjadi masalah serius
di Indonesia. Kerusakan alam adalah fenomena yang membutuhkan perhatian dalam
kaitannya pembangunan karakter manusia karena kerusakan alam disebabkan karakter
yang serakah, yang tak menghormati lingkungan, dan mungkin juga dibiasakan oleh
karakter manusia yang terbentuk. (Fatchul, 2011: 325)
3.
Konsep Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas
sekolah, tetapi selama ini kurang perhatian. Akibat minimnya perhatian terhadap
pendidikan karakter dalam ranah sekolah. Sekolah tidak hanya berkewajiban
meningkatkan pencapaian akademis, tetapi jiga bertanggung jawab dalam membentuk
karakter peserta didik. Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman
kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam
bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur. Penanaman pendidikan
karakter tidak bisa hanya sekedar menstransfer ilmu pengetahuan atau melatih
suatu keterampilan tertentu. Penanaman pendidikan perlu proses, contoh teladan,
dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan
sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan media masa.
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan
nilai-nilai karakter peserta didik. Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi
utama, yaitu:
a.
Fungsi pembentukan dan
pengembangan potensi
b.
Fungsi perbaikan dan penguatan
c.
Fungsi penyaring
Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan
guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Proses pendidikan
karakter ataupun pendidikan akhlak dipandang sebagai usaha sadar dan terencana,
bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Atas dasar ini, pendidikan
karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, memupuk nilai-nilai
etika. Baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat. Pendidikan
karakter dari sisi substansi dan tujuannya sama dengan pendidikan budi pekerti,
sebagai sarana untuk mengadakan perubahan secar mendasar.
Pengertian
budi pekerti secara hakiki adalah perilaku. Sementara itu, menurut draf
kurikulum berbasis kompetensi (2001), budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku
manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama,
norma huku, tata krama dan sopan santun, dan norma budaya dan adat isti adat
masyarakat. Istilah karakter juga memiliki kedekatan dan titik singgung dengan
etika. Etika merupakan tentang tingkah laku, sedangkan moral lebih mengacu pada
aturan normatif yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah laku.
Pendidikan
adalah pendidikan budi pekerti dan yang intinya merupakan program pengajaran di
sekolah yang bertujuan mengembangkan watak dan tabiat siswa dengan cara
menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam
hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang
menekankan ranah afektif tanpa meninggalkan ranah kognitif, dan ranah skill.
Sedangkan budi pekerti adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat
sopan dan menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya.
(Zubaedi, 2011: 14)
4.
Tahap-Tahapan Pendidikan Karakter
a.
Muatabah
Muatabah berasal dari kata taba yang
berarti penyesalan. Dari kitab Al-Ghazali muatabah dapat diartikan meninggalkan
dosa-dosa seketika dan bertekad untuk tidak melakukan lagi atau dari maksiat
menuju taat.(Zubaedi, 2011: 120)
b.
Muqorobah
Secara harafiah muqorobah adalah awas mengawasi.
Muqorobah adalah suatu keadaan seseorang yang meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Allah melihat dan mengawasi manusia. (Zubaedi, 2011: 121)
Sikap-sikap
positif muqorobah
1)
Haya’(sifat malu)
Sifat malu adalah suatu tindakan batin.
Hakikat malu bukn pada tindakan. Tingkah laku sesungguhnya hanya merupakan
ekspresi dari malu itu sendiri. Oleh karena itu, malu merupakan sejenis
perasaan.
Tiga macam malu dalam pandangan Islam:
(a)
Malu terhadap manusia
(b)
Malu terhadap diri sendiri
(c)
Malu kepada Allah
2)
Haibah(hormat)
Hormat adalah suatu perasaan seseorang
yang mengagungkan Allah atasdasar hormat, dan tidak berani kepada Allah karena
takut.
3)
Ta’zim(memuliakan)
Memuliakan Allah adalah suatu perasaan di
mana seseorang menempatkan Allah pada posisi yang paling atas di atas
segala-galanya.
4)
Mujahadah
Mujahadah dari segi bahasa berasal dari
kata jahada atau ijtihada. Jahada yang artinya berusaha keras, sungguh-sungguh
atau perjuangan. Mujahadah adalah pengendalian atau kontrol terhadap nafsu dari
hal-hal yang menggiurkan, dan upaya melawan keinginan hawa nafsu ini
dilaksanakan pada setiap saat.
(Zubaedi, 2011:
123)
5)
Musyahadah
Musyahadah dapat dikatakan tindak lanjut
dari ajaran ikhsan yang mengajarkan tentang konsep ibadah yang sesunguhnya. (Zubaedi, 2011: 124)
6)
Mukasyafah
Istilah
mukasyafah secara bahasa mempunyai arti terbuka tirai. Mukasyafah adalah
terbukanya tirai-tirai yang gaib secara menyeluruh. (Zubaedi, 2011: 125)
7)
Mahabah
Kata mahabah secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta.
Secara teori, cinta sesungguhnya adalah sebuah perilaku emosional yang jauh
sekali hubungannya dengan perilaku rasional. Mahabah adalah kecenderungan
terhadap sesuatu. Cinta pada hakikatnya berangkat dari ketulusan, keikhlasan,
dan kesucian yang menghasilkan sikap al-uns(rasa suka), wushul(dampak), dan
as-syauq(rindu). (Zubaedi, 2011: 127)
8)
Ma’rifat
Kata ma’rifat dari segi bahasa mempunyai arti pengetahuan.
Secara islilah, ma’rifat mempunyai arti suatu pengetahuan yang didasarkan atas
suatu keyakinan yang penuh terhadap sesuatu hingga hilanglah suatu
keraguan-keraguan. Al-Ghazali mengartikan ma’rifat sebagai pengetahuan yang
tidak menerima keraguan lain. Dengan demikian, maka di dalam ma’rifat
sesungguhnya tidak ada sedikitpun keraguan. Yang ada dalam ma’rifat hanyalah
satu keyakinan. (Zubaedi, 2011: 128)
5.
Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter
adalah berupa tanggapan individu, sosial, kultur yang melingkupinya, untuk
dapat menempa diri menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada di dalam
dirinya berkembang secara penuh. Pentingnya tujuan pendidikan karakter sebagai
pembentuk pedoman perilau, dengan cara menyediakan ruang bagi figur keteladanan
bagi anak didik dan menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif bagi proses
pertumbuhan berupa kenyamanan, keamanan yang menbantu suasana pengembangan diri
satu sama lain. (Doni, 2010: 134)
6.
Pendekatan Pembelajaran Pendidikan
Karakter
Keberhasilan proses
pendidikan karakter antara lain dipengaruhi oleh ketetapan seorang guru dalam
memilih dan mengaplikasikan pendekatan dalam penanaman nilai-nilai karakter.
Efektifitas proses pendidikan karakter dipengaruhi oleh ketetapan pendekatan yang
dipilih guru dalam mengajarkan materi. Ada delapan pendekatan yang dapat
digunakan dalam mengajarkan pendidikan karakter, yaitu; evocation, inculcation,
moral reasoning, value clarification, value analysis, moral awareness,
commitment approach, dan union approach. (Zubaedi, 2011: 206)
Ada dua tujuan utama pendidikan moral
menurut pendekatan ini: pertama, membantu peserta didik untuk menggunakan
kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah
sosial, yang berhubungan dengan nilai moral tertentu. Kedua, membantu peserta
didik untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik, dalam
menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai. (Zubaedi, 2011: 210)
7.
Strategi dan Metode Pembelajaran
Pendidikan Karakter
Proses pendidikan karakter kepada
peserta didik pada saat ini lebih tepat menggunakan model pembelajaran yang
didasarkan pada interaksi sosial dan transaksi. Model pembelajaran interaksi
sosial ini dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip-prinsip: (Zubaedi, 2011: 230)
a)
Melibatkan peserta didik secara
aktif dalam belajar
b)
Mendasarkan pada perbedaan
individu
c)
Mengaitkan teori dengan praktik
d)
Mengembangkan komunikasi dan kerja
sama dalam belajar
e)
Meningkatkan keberanian peserta
didik dalam mengambil resiko dan belajar dari kesalahan
f)
Meningkatkan pembelajaran sambil
berbuat dan bermain
g)
Menyesuaikan pelajaran dengan
taraf perkembangan kognitif yang masih pada taraf operasi kongkrit
C.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER Di INDONESIA
1.
Kelebihan
Pendidikan karakter dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah
yang menerapkan pendidikan karakter dan menunjukkan penurunan perilaku negatif
siswa.
2.
Kelemahan
Pendidikan karakter di
Indonesia masih belum semuanya berhasil. Masih perlu peningkatan yang lebih
baik demi tercapainya salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu pembentukan
karakter.
D.
KESIMPULAN
Pembentukan
karakter merupakan salah satu tujuan dari pendidikan nasional. Pendidikan
karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak
usia sekolah yang dimana nilai-nilai tersebut memiliki komponen nilai-nilai
pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
dan sesama manusia. Dengan pendidikan karakter, diharapkan agar karakter
peserta didik dapat terbentuk.
DAFTAR
PUSTAKA
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kenana Prenada Media Group.
A, Doni Koesoema. 2010. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.
Mu’in, Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Putri, Rizkyana Z. (2010). Pendidikan
Berbasis Pembangunan Karakter. [online]. Tersedia: http://putrizkyana.blogspot.com. [15
Maret 2012].
Suyanto. (2009). Urgensi
Pendidikan Karakter. [online]. Tersedia: http://Mandikdasmen.kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html.
[15 Maret 2012].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar