HOME
SCHOOLING : SEBUAH PENDIDIKAN ALTERNATIF
Disusun
oleh
Rakhmia Firman
Ningtyas 10.0401.0034
Anna Kun Rahmawati 10.0401.0048
A.
PENDAHULUAN
Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat pendidikan
bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar
anak yang menyenangkan. Kerap kali hal-hal tersebut tidak ditemukan para orang
tua di sekolah umum. Oleh karena itu muncul lah ide orang tua untuk
“menyekolahkan” anak-anaknya di rumah. Dalam perkembangannya, berdirilah
lembaga sekolah yang disebut sekolah-rumah (home
schooling) atau dikenal juga dengan istilah sekolah mandiri, atau home edition atau home based learning.
Banyaknya orang tua yang tidak puas dengan hasil sekolah
formal mendorong orang tua mendidik anaknya di rumah. Kerap kali sekolah formal
berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan
keterampilan hidup dan bersosialisasi (nilai-nilai iman dan moral).
Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan
mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada
anak, kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan
ditentukan oleh teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih
“cerdas”. Keadaan demikian menambah suasana sekolah menjadi tidak menyenangkan.
Ketidakpuasan tersebut semakin memicu orang tua memilih
mendidik anak-anaknya di rumah, dengan resiko menyediakan banyak waktu dan
tenaga. Home Schooling menjadi tempat
harapan orang tua untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan
nilai-nilai iman/agama dan moral serta mendapatkan suasana belajar yang
menyenangkan.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Home Schooling
Istilah Home Schooling berasal dari bahasa
Inggris berarti sekolah rumah. Home
Schooling berakar dan tumbuh di Amerika Serikat, yang dikenal juga dengan
sebutan Home Education, Home Based
Learning atau sekolah mandiri. Pengertian umum Home Schooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga
memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan
menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya yang berarti orang tua terlibat
langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan
tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan
keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar (Sumardiono,
2007: 4).
Selain pemilihan
materi dan standar pendidikan sekolah rumah, mereka juga harus melaksanakan
ujian bagi anak-anaknya untuk mendapatkan sertifikat agar dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya. Sertifikat dari Amerika Serikat itu diakui di
Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional) sebagai Lulusan Sekolah Luar Negeri.
(Kompas, 13/3/2005)
Departemen Pendidikan
Nasional menyebut jalur sekolah rumah ini dikategorikan sebagai jalur
pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (pasal 1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional – sisdiknas No. 20/2003).
Kegiatan pendidikan
informal dilakukan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri, meskipun pemerintah tidak mengatur standar isi dan proses
pelayanan pendidikan informal, namun hasil pendidikan informal diakui sama
dengan pendidikan formal (sekolah umum).
2.
Sejarah
Singkat
Filosofi sekolah rumah
menurut John Caldwell Holt dalam bukunya How
Children Fail (1964) adalah bahwa manusia pada dasarnya makhluk belajar dan
senang belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang
berusaha menyelak, mengatur atau mengontrolnya.
Pada tahun 1960-an,
Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh
kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu
sendiri. Pada akhir 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor
melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah
formal sebelum usia 8 – 12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi juga berakibat
buruk bagi anak-anak.
Serupa dengan Holt,
Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting Home Schooling. Setelah itu, Home Schooling terus berkembang. Selain
karena alasan keyakinan (beliefs),
pertumbuhan Home Schooling juga
banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.
Saat ini, perkembangan
Home Schooling di Indonesia
dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para
orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya.
3.
Faktor-faktor
pemicu dan pendukung Home Schooling
:
1.
Kegagalan Sekolah Formal
Baik di Amerika Serikat maupun di
Indonesia, kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan mutu pendidikan yang
lebih baik menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga di Indonesia maupun di
mancanegara untuk menyelenggarakan Home
Schooling. Sekolah rumah ini dinilai dapat menghasilkan didikan bermutu.
2.
Teori Intelegensi Ganda
Salah satu teori pendidikan yang
berpengaruh dalam perkembangan Home
Schooling adalah Teori Intelegensi Ganda/Multiple Intellegences (Howard Gardner: 1983). Teori Gardner ini memicu
para orang tua untuk mengembangkan potensi-potensi intelegensi yang dimiliki
anak, yang kerap kali sekolah formal tidak mampu mengembangkannya.
3.
Sosok Home
Schooling Terkenal
Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang
bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal juga memicu
munculnya Home Schooling seperti
Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan
tokoh-tokoh lainnya.
Benyamin Franklin misalnya, ia berhasil
menjadi seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin sipil dan pelayan public
bukan karena belajar di sekolah formal. Franklin hanya menjalani dua tahun
mengikuti sekolah karena orang tua tak mampu membayar biaya pendidikan.
Selebihnya, ia belajar tentang hidup dan berbagai hal dari waktu ke waktu di rumah
dan tempat lainnya yang bisa ia jadikan sebagai tempat belajar.
4.
Tersedianya Aneka Sarana
Dewasa ini, perkembangan Home Schooling ikut dipicu oleh
fasilitas yang berkembang di dunia nyata. Fasilitas itu antara lain faislitas
pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman,
stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit),
fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan
fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audiovisual).
4.
Home Schooling Jenis
& Subyek Pengajarannya
Banyak orang tua yang ingin memberikan
homeschooling kepada anaknya tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan karena berbagai sumber
yang simpang siur.
Tetapi paling tidak dari artikel ini
akan mendapat sedikit gambaran tentang beberapa macam homeschooling dan bagaimana menentukan subyek
pembelajaran untuk anak. Homeschooling dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
a)
Homeschooling tunggal
Adalah homeschooling yang
dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan yang
lainnya. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya
tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan
komunitas homeschooling lainnya. Tetapi tanpa alasan dan tujuan khusus homeschooling
tunggal juga bisa diterapkan di rumah.
b)
Homeschooling majemuk
Adalah homeschooling yang
dilaksanakan oleh dua keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu sementara
kegiatan pokok tetap dilakukan oleh orang tua masing-masing. Alasannya terdapat
kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk
melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olah
raga (misalnya keluarga atlit tenis), keahlian musik/ seni, kegiatan sosial dan
kegiatan keagamaan.
c)
Komunitas homeschooling
Adalah gabungan dari beberapa homeschooling
majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah
raga, musik/ seni, dan bahasa), sarana/ prasarana, dan jadwal pembelajaran.
Komitmen penyelenggaraan antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.
Subyek
Pengajaran
Dalam menjalankan homeschooling
yang paling memusingkan orang tua adalah menentukan subyek apa yang perlu
diajarkan ke anak 15 menit-1 jam per-hari itu? Matt James, seorang dokter, homeschool
4 anak dan penulis buku “homeschooling odyssey” memberi tips untuk memberikan
subyek yang kira-kira tidak bisa dikuasai anak secara alami. Misalnya, grammar,
spelling, dan aritmatika.
Garis bawahnya adalah ‘yang kira-kira
tidak bisa dikuasai anak’. Jika hal tersebut menjadi prioritas maka setiap anak
akan mendapat subyek yang berbeda-beda.. Misalnya, Ada anak yang bisa belajar
matematika dengan sendirinya, ada anak yang perlu bantuan.
5.
Dampak Positif Homeschooling
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa homeschooling
adalah sekolah rumah yang cukup berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada
umumnya. Homeschooling adalah sekolah yang dilakukan di rumah atau
langsung pada lingkungan yang ada. Homeschooling biasanya dilakukan
dengan jumlah siswa yang tidak banyak. Homeschooling mendidik langsung
pada obyek dan kenyataan yang ada dalam hidup. Lebih jelasnya adalah dengan
obyek kehidupan yang nyata yang bisa langsung dirasakan atau dilihat oleh
peserta didik.
Pendidikan homeschooling ini
adalah sarana pendidikan yang mandiri. Pendidikan yang mengupayakan peserta
didik belajar secara aktif dan memiliki pengendalian diri. Peserta didik mampu
memiliki kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan
keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik
serta masyarakat. Homeschooling ini merupakan pendidikan yang dapat
menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan keluarga. Karena dengan sistem
pengajaran yang terpusat pada seorang siswa, pembimbing mampu dengan mudah
memahami karakter anak dan mampu membuat strategi-strategi yang sesuai untuk
anak. Hal ini dilakukan agar anak mampu menerima dan memahami sebuah pelajaran
dengan seksama. Jika seorang anak tidak memahami dengan apa yang diajarkan
pendidik, anak bisa langsung menanyakan atau bahkan mencari tahu apa yang
dimaksud oleh pendidik. Dengan demikian seorang anak mampu memahami secara
mendalam tentang pelajaran tersebut dan pengetahuan tersebut dapat melekat
dalam pribadinya.
Peserta didik homeschooling bisa
lebih mandiri karena anak didik cenderung belajar sendiri dan menemukan sesuatu
sendiri dengan bantuan pendidik. Peserta didik mencari tahu segala sesuatu yang
ingin diketahuinya. Peserta didik memilih apa yang disukainya dan apa yang
tidak disukainya.
Peserta didik bisa memiliki potensi
yang lebih besar, karena dia tidak terikat dengan standar-standar sekolah yang
diatur oleh pemerintah. Di homeschooling peserta didik lebih bebas
berkreasi, karena peserta didik dapat melakukan apa yang dia inginkan yang tentunya
itu adalah mendidik peserta didik tersebut dan mampu menambah wawasan peserta
didik.
Dengan cara kerja homeschooling
yang mendidik siswa untuk mandiri, berkreatifitas tinggi, dan mempelajari
kehidupan yang secara langsung, maka siswa bisa lebih siap terjun kedalam dunia
nyata. Hal ini karena peserta didik memperoleh sebuah pelajaran yang secara
langsung menyangkut kehidupan sehari-hari.
Homeschooling ini cenderung membuat peserta didik
mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dan cenderung terlindungi
dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sesuai dengan norma, karena
peserta didik belajar tidak dengan banyak orang. Peserta didik lebih tertutup
dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik belajar secara individu dan tidak
terkontaminasi dengan kehidupan bebas di luar sana. Peserta didik mampu
menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dari diri mereka, karena di dalam
pembelajarannya peserta didik lebih banyak berkomunikasi dengan orang-orang
yang lebih tua dari mereka untuk menambah pengetahuannya sesuai dengan apa yang
dia inginkan.
Selain itu homeschooling ini
bersifat ekonomis. Dapat disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Karena segala
biaya dan kebutuhan diatur oleh keluarga itu sendiri, sehingga keluarga dapat
menentukan apa saja yang mereka perlukan.
Homeschooling tidak menuntut orang tua untuk serba
tahu. Karena pembelajaran homeschooling dapat dilakukan di mana saja,
kapan saja, dan dengan siapa saja. Anak dapat belajar tentang sesuatu yang
ingin diketahuinya dengan mencari tahu hal tersebut sendiri maupun dengan
bantuan orang lain.
6.
Dampak Negatif Homeschooling
Di dunia ini tidak ada yang sempurna.
Demikian juga dengan pendidikan anak. Tidak ada yang mampu memeberikan
pendidikan yang selalu berdampak positif. Setiap jalur pendidikan tentu
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena, itu kita tidak
bisa menilai bahwa jalur-jalur tertentu adalah jalur yang selalu baik dan tidak
memiliki dampak yang negatif. Sehingga orang tua hanya bisa memilih jalur yang
mereka anggap terbaik untuk mereka dan anak mereka.
Selain memiliki kelebihan, homeschooling
juga memiliki kekurangan. Misalnya peserta didik dari homeschooling ini
harus memiliki komitmen yang kuat antara siswa dengan pendidik tentang apa yang
akan dipelajarinya, waktu-waktu dalam pembelajaran kapan saja, sarana-sarana
apa yang ingin disediakan, situasi apa yang diinginkan, metode seperti apa yang
disenangi peserta didik, dan lain sebagainya. Salah satu kekurangan yang
paling menonjol dari homeschooling adalah anak tidak bisa
bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Selain itu dalam homeschooling
sangat menuntut peran orang tua dalam mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang
tua, pendidikan anak akan terasa percuma. Orang tua perlu memperhatikan
karakter anak, perkembangan dari anak, dan keinginan anak. Hal ini bertujuan
agar orang tua mampu berperan dengan baik dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling, orang tua
tentu cenderung melindungi buah hatinya. Namun perlindungan orang tua yang
cenderung berlebihan ini justru membuat anak menjadi sulit dalam menyelesaikan
masalahnya sendiri. Anak akan memiliki kemampuan yang terbatas dalam
menyelesaikan masalah-masalah sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya,
karena anak kurang memiliki pergaulan dengan anak-anak yang seusianya, dan dia
telah terbiasa memiliki perlindungan lebih dari orang tuanya.
Dengan adanya interaksi dengan orang
yang lebih tua saja, membuat anak menjadi sulit dalam bersosialisasi dengan
orang yang seusianya. Anak hanya mampu berinteraksi baik dengan orang yang
lebih tua darinya namun tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan teman-teman
sebayanya.
Anak menjadi tidak mampu bekerja dalam
tim karena kecenderungannya yang bekerja secara individu. Anak telah dididik
secara mandiri dan secara individu membuat anak menjadi susah dalam bekerja
sama. Anak hanya memiliki pergaulan dengan orang tua atau pembimbingnya saja. Homeschooling
membuat anak tidak memiliki wawasan yang luas dalam artian si anak menjadi
kurang pergaulan. Karena anak tertutup dengan pergaulan yang bebas diluar sana.
C.
KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN HOME SCHOOLING
Kita dapat menyebutkan kelebihan Home Schooling, antara lain ; adaptable, artinya sesuai dengan
kebutuhan anak dan kondisi keluarga; mandiri artinya lebih memberikan peluang
kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan di sekolah umum;
potensi yang maksimal, dapat memaksimalkan potensi anak, tanpa harus mengikuti
standar waktu yang ditetapkan sekolah; siap terjun pada dunia nyata, output
sekolah rumah lebih siap terjun pada dunia nyata karena proses pembelajarannya
berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya; terlindung dari
pergaulan menyimpang. Ada kesesuaian pertumbuhan anak dengan keluarga. Relatif
terlindung dari hamparan nilai dan pergaulan dan menyimpang (tawuran, narkoba,
konsumerisme, pornografi, mencontek dan sebagainya); ekonomis, biaya pendidikan
dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.
Di sisi lain, Home
Schooling mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapt disebutkan berikut ini;
membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari orang tua; memiliki
kompleksitas yang lebih tinggi karena orang tua harus bertanggung jawab atas
keseluruhyan proses pendidikan anak; keterampilan dan dinamika bersosialisasi
dengan teman sebaya relatif rendah; ada resiko kurangnya kemampuan bekerja
dalam tim (team work), organisasi dan
kepemimpinan; proteksi berlebihan dari orang tua dapat memberikan efek samping
ketidakmampuan menyelesaikan situasi dan masalah sosial yang kompleks yang
tidak terprediksi.
D.
KESIMPULAN
Home Schooling
merupakan sebuah pilihan dan khazanah alternatif pendidikan bagi orang tua
dalam meningkatkan mutu pendidikan, mengembangkan nilai iman (agama), dan
menginginkan suasana belajar yang lebih menyenangkan. Di sini lain, ada sekolah
umum yang memberikan bahan ajar dan kurikulum secara terpusat dan seragam,
sesuai dengan harapan dan kebutuhan anak,.
Baik Home Schooling maupun
sekolah umum (pendidikan formal) sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan
dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Soal pilihan atas
keduanya, semua diserahkan pada orang tua dan keluarga sesuai dengan kondisi
keluarga.
DAFTAR
PUSTAKA
Amanyaulady.wordpress.com/2010/09/10. Jenis dan Subjek Home Schooling. [online]. Tersedia: http://www.octomegazine.com. (16 Maret
2012)
Arikunto, Indra. 2011. Memilih
Home Schooling. [online]. Tersedia: http://www.edukasi.kompas.com.
(16 Maret 2012)
RhinastarOf.Wordpress.com/2010/12/01. Dampak Negatif dan Positif Home Schooling. [online]. Tersedia: http://www.bundazone.com. (16 Maret 2012)
Simbolon, Pormadi. 2007. Home Schooling : Sebuah Pendidikan Alternatif. [online]. Tersedia: http://www.pormadi.wordpress.com.
(15 Maret 2012)
Sumardiono. 2007. Home
Schooling A Lear For Better Learning. [online]. Tersedia: http://www.sumardiono.com. (15 Maret 2012)
global sevilla school
BalasHapusPilih Mana? Full Day School atau Traditional School...!
BalasHapus